Saturday, January 24, 2009

Baru menginjak tahun 2009, sebuah kapal yang konon dulunya adalah kapal barang, tenggelam di perairan Majene sulawesi barat, menurut salah satu situs, eks kapal barang ini mengangkut 267 penumpang dengan 103 diantaranya adalah penumpang gelap. Penyebab tenggelamnya kapal adalah ombak besar yang menerpa penyebab lainnya masih dalam proses penyelidikan.

Ratusan nyawa telah melayang sia-sia. Seperti peristiwa kecelakaan lainnya, awalnya menjadi berita yang hangat, kemudian lambat namun pasti akan dilupakan. Sama sekali tidak menjadi bahan pelajaran para pemilik kapal, pemerintah dan penumpang sendiri. Para pengguna jasa transportasi yang pasrah pada nasib seperti sedang menunggu giliran untuk kecelakaan berikutnya. Begitulah sengaja saya posting mengenai hal ini ketika orang – orang sudah mulai lupa. Ingatlah kawan dari tahun ke tahun seharusnya alat pengangkut manusia menjadi lebih baik, aturan yang ketat oleh pemerintah dan disiplin para penggunanya. Alat transportasi seharusnya mempermudah manusia Bukan sebagai mesin pembunuhan masal.

Buah dari ceroboh atau takdir ?

Penumpang nekat duduk diatas gerbong KRL, Pesawat tua yang seharusnya sudah grounded dipaksa terbang, bus – bus tua dengan rem blong, kondisi jalan banyak yang rusak, pengendara super nekat dan sebagainya berbuah kecelakaan. Namun demikian kecerobohan kita yang mengakibatkan kematian hanya dimaknai “ yah..memang sudah takdir”.

Akhirnya, tenggelamnya kapal Teratai Prima itu bukanlah seperti Kapal Vader Wijck ditahun 28 Oktober 1936 diperairan pesisir Jawa. Dimana masih dikenang melalui monumen kapal Van der Wijck di Brondong – Lamongan, Jawa Timur atau menjadi Judul sebuah novel terkenal karya Hamka. Tragedi Tenggelamnya kapal Teratai Prima akan hilang dari ingatan seperti para penumpangnya yang tertelan ombak...selamat jalan kawanku, maafkan kami yang tidak bisa menjadikan ini sebagai pelajaran
Posted by Picasa

2 comments :

  1. Sayang, belum sempat mencetak sejarah monumental....! Semoga tidak terulang lagi...!

    ReplyDelete
  2. ane baru baca ini tulisan n memang benar sering sekali penumpang gelap yang naik kapal itu n salah satunya ane dahulukala tapi berbeda jalur trayek. klo ane ke berau daerah utara kaltim n baru tau ane itu kapal awalnnya kapal barang

    ReplyDelete